Free, Open-Mind, Responsible, Creative & Egalitarian

Posts tagged “Ambon

Menikmati Senja Teluk Ambon di Atas KMP Siwalima 01

Rombongan FN Hunting Series 2012 dan kawan-kawan anggota FN Maluku mengabadikan keindahan matahari terbenam di Teluk Ambon, Maluku dari atas KMP Siwalima 01. Foto oleh Kristupa Saragih
KMP Siwalima 01 bersiap membawa rombongan FN Hunting Series 2012 memotret matahari terbenam di Teluk Ambon, Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

KMP Siwalima 01 bersiap membawa rombongan FN Hunting Series 2012 memotret matahari terbenam di Teluk Ambon, Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

Pada suatu pekan di pertengahan bulan Mei 2012, cuaca di Ambon, ibukota Provinsi Maluku amat bersahabat. Fotografer.net (FN), komunitas fotografi terbesar di Asia Tenggara, menggelar FN Hunting Series 2012 di salah satu tempat indah Indonesia ini.

Dalam suasana persabatan, kawan-kawan anggota FN di Ambon berkumpul di Kedai Kopi Sibu-sibu, yang kondang di Ambon. Di tengah obrolan akrab, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku Benny Gaspersz datang bergabung menikmati kopi sambil mengobrol santai dengan rombongan FN Hunting Series. Terbit tawaran untuk menghabiskan senja nan indah dengan memotret matahari terbenam dengan KMP Siwalima 01.

Suasana di buritan KMP Siwalima 01 saat baru saja angkat sauh mengarungi Teluk Ambon, Maluku membawa rombongan FN Hunting Series 2012. Foto oleh Kristupa Saragih

Suasana di buritan KMP Siwalima 01 saat baru saja angkat sauh mengarungi Teluk Ambon, Maluku membawa rombongan FN Hunting Series 2012. Foto oleh Kristupa Saragih

Tanpa ragu, seluruh rombongan mengiyakan tawaran dan bersiap berangkat. Teluk Ambon yang indah jadi tujuan. Semua wajah berseri-seri menyiapkan kamera dan lensa serta baterai dan memori agar tak satu momen pun terlewat.

Suasana di anjungan KMP Siwalima 01 di atas Teluk Ambon, Maluku membawa rombongan FN Hunting Series 2012. Foto oleh Kristupa Saragih

Suasana di anjungan KMP Siwalima 01 di atas Teluk Ambon, Maluku membawa rombongan FN Hunting Series 2012. Foto oleh Kristupa Saragih

Sebagai provinsi kepulauan, sudah selayaknya Maluku punya kapal untuk berbagai keperluan, termasuk pariwisata. Memotret matahari terbenam di Teluk Ambon dari daratan Pulau Ambon sudah biasa. Tapi merekam laut dan alam indah Ambon dari atas kapal jadi hal yang luar biasa.

Rombongan FN Hunting Series 2012 dan kawan-kawan anggota FN Maluku asyik memotret suasana senja di Teluk Ambon, Maluku di atas KMP Siwalima 01. Foto oleh Kristupa Saragih

Rombongan FN Hunting Series 2012 dan kawan-kawan anggota FN Maluku asyik memotret suasana senja di Teluk Ambon, Maluku di atas KMP Siwalima 01. Foto oleh Kristupa Saragih

KMP Siwalima 01 milik Pemprov Maluku di perairan Teluk Ambon, Maluku membawa rombongan FN Hunting Series 2012 dan kawan-kawan anggota FN Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

KMP Siwalima 01 milik Pemprov Maluku di perairan Teluk Ambon, Maluku membawa rombongan FN Hunting Series 2012 dan kawan-kawan anggota FN Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

Rombongan FN Hunting Series 2012 dan kawan-kawan anggota FN Maluku mengabadikan keindahan matahari terbenam di Teluk Ambon, Maluku dari atas KMP Siwalima 01. Foto oleh Kristupa Saragih

Rombongan FN Hunting Series 2012 dan kawan-kawan anggota FN Maluku mengabadikan keindahan matahari terbenam di Teluk Ambon, Maluku dari atas KMP Siwalima 01. Foto oleh Kristupa Saragih

Foto-foto di posting ini dibuat dengan Samsung Galaxy Note, semua tanpa penyuntingan.


Menyeberang Poka-Galala dengan Feri KMP Teluk Ambon

KMP Teluk Ambon angkat sauh dari Poka, Ambon, Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

KMP Teluk Ambon angkat sauh dari Poka, Ambon, Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

Menyeberangi Teluk Ambon antara Poka dan Galala, Ambon, Maluku bisa jadi biasa dan singkat. Feri ada di mana-mana, bahkan di Provinsi Maluku yang terdiri atas ribuan pulau. Tapi 15 menit di atas feri KMP Teluk Ambon bisa jadi amat menarik dengan ponsel berkamera di tangan.

Angkutan umum pun mengandalkan kapal feri ro-ro KMP Teluk Ambon. Foto oleh kristupa Saragih

Angkutan umum pun mengandalkan kapal feri ro-ro KMP Teluk Ambon. Foto oleh kristupa Saragih

Tiba di Bandar Udara Pattimura, Ambon pada hari Minggu (13/5), mobil berbelok kanan masuk pelabuhan Poka. Masuk perut KMP Teluk Ambon, kapal feri yang masih baru ini langsung angkat sauh.

Suasana perut KMP Teluk Ambon. Foto oleh Kristupa Saragih

Suasana perut KMP Teluk Ambon. Foto oleh Kristupa Saragih

Feri jenis ro-ro buatan tahun 2010 ini berbobot mati 300 ton, mampu mengangkut 6 truk, 9 mobil kecil dan 80 penumpang pada saat bersamaan. Berkecepatan maksimal 9 knot, KMP Teluk Ambon dijalankan oleh 16 ABK.

KMP Teluk Ambon merapat di Galala, Ambon, Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

KMP Teluk Ambon merapat di Galala, Ambon, Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

Tiket mobil kecil Rp 20 ribu saja sekali menyeberang, penumpang gratis. Dengan tiket seharga itu, perjalanan melintasi Teluk Ambon bisa dihemat 20-30 menit daripada lewat darat. Lama akses dari kota Ambon ke kampus Universitas Pattimura dan Bandar Udara Pattimura pun jadi lebih singkat.

Suasana dalam KMP Teluk Ambon selepas Galala menuju Poka, Ambon, Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

Suasana dalam KMP Teluk Ambon selepas Galala menuju Poka, Ambon, Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

Ponsel berkamera jadi sahabat terbaik, sambil menyeberang dengan KMP Teluk Ambon sambil hunting foto. Foto oleh Kristupa Saragih

Ponsel berkamera jadi sahabat terbaik, sambil menyeberang dengan KMP Teluk Ambon sambil hunting foto. Foto oleh Kristupa Saragih

Foto-foto dibuat dengan Samsung Galaxy Note.


Bambu Gila, Atraksi Budaya Maluku

Atraksi bambu gila di Pantai Hunimua, Ambon, Maluku, Sabtu (14/5). Foto oleh Kristupa Saragih
Atraksi bambu gila di Pantai Hunimua, Ambon, Maluku, Sabtu (14/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Atraksi bambu gila di Pantai Hunimua, Ambon, Maluku, Sabtu (14/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Tifa ditabuh bertalu-talu. Alunan irama monotonik mengiringi wangi kemenyan yg menyeruak. Sebatang bambu dibekap 7 laki-laki bertelanjang dada, berikat kepala merah dan bercelana selutut merah.

Bambu sepanjang sekitar 2,5 meter itu berdiameter sekitar 8 cm. Seorang pawang berbaju hitam dan celana pendek merah, meniupkan asap kemenyan yang dibakar di batok kelapa. Alunan tifa dengan ketukan teratur tetap mengiringi.

Sejurus kemudian ketujuh laki-laki mulai bergerak menyesuaikan diri dengan gerakan bambu. Konon roh-roh leluhur masuk ke dalam bambu. Sejurus kemudian, bambu dan ketujuh laki-laki itu bergerak liar ke sana kemari. Gila.

Tatkala gerakan mulai tak terkendali, pawang satu lagi yang berbaju merah datang mendekat. Di tangannya juga tergenggam batok kelapa tempat membakar kemenyan. Asapnya ditiupkan ke bambu. Alunan irama tifa tetap teratur teralun.

Atraksi bambu gila, asap kemenyan ditiupkan memanggil roh-roh leluhur di Pantai Hunimua, Ambon, Maluku, Sabtu (14/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Atraksi bambu gila, asap kemenyan ditiupkan memanggil roh-roh leluhur di Pantai Hunimua, Ambon, Maluku, Sabtu (14/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Panitia Ambonesia Photo Competition (APC) 2011 menghadirkan atraksi khas warisan leluhur masyarakat Maluku ini untuk difoto para peserta. Angin laut berhembus lembut di Pantai Hunimua, yang juga terkenal dengan sebutan Pantai Liang. Di sela-sela irama monotonik tifa, para fotografer sesekali berhamburan lantaran bambu gila yang menyeruduk tak terkendali.

Konon atraksi bambu gila bukan sekedar pertunjukan mistis belaka. Masyarakat setempat yakin atraksi ini diwariskan untuk melambangkan kegotongroyongan rakyat. Budaya luhur warisan nenek moyang untuk kesejahteraan hidup generasi penerus.

Atraksi bambu gila, jika bambu mulai tak terkendali maka pawang bertindak, Pantai Hunimua, Ambon, Maluku, Sabtu (14/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Atraksi bambu gila, jika bambu mulai tak terkendali maka pawang bertindak, Pantai Hunimua, Ambon, Maluku, Sabtu (14/5). Foto oleh Kristupa Saragih


Kedamaian dalam Patriotisme Hari Pattimura 2011 Ambon

Tari perang Cakalele membuka arak-arakan obor Pattimura di Pattimura Park, Ambon, Maluku, Minggu (15/5). Foto oleh Kristupa Saragih
Tari perang Cakalele membuka arak-arakan obor Pattimura di Pattimura Park, Ambon, Maluku, Minggu (15/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Tari perang Cakalele membuka arak-arakan obor Pattimura di Pattimura Park, Ambon, Maluku, Minggu (15/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Siapa tak kenal Pattimura, pahlawan nasional dari Maluku? Terlahir bernama Thomas Matulessy di Pulau Saparua, 8 Juni 1783, lantas digelari Kapitan Pattimura karena keberaniannya memimpin perjuangan rakyat Maluku melawan kolonialisme Belanda. Pertempuran bersejarah merebut Benteng Duurstede di Saparua pada 14 Mei 1817 membuat Hari Pattimura selalu diperingati tiap 15 Mei dini hari.

Dini hari 15 Mei 2011 ratusan orang memadati Pattimura Park di pusat kota Ambon. Sehari sebelumnya, pukul 3 sore obor Pattimura disulut di Gunung Saniri, Pulau Saparua. Obor lantas diarak secara estafet oleh kelompok pemuda desa di tiap desa menuju pelabuhan, lantas diseberangkan kapal TNI AL. Merapat di Tulehu, Pulau Ambon, obor kembali diarak secara estafet oleh kelompok-kelompok pemuda tiap desa yang dilalui rute menuju Pattimura Park.

Penari Cakalele lengkap dengan perang dan salawaku pada peringatan Hari Pattimura di Ambon, Minggu (15/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Penari Cakalele lengkap dengan perang dan salawaku pada peringatan Hari Pattimura di Ambon, Minggu (15/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Hampir tiap pemuda yang mengarak obor juga membawa obor masing-masing. Tari Cakalele, tarian perang, berada di depan, membuka jalan bagi arak-arakan obor Pattimura. Semua berpakaian merah, melambangkan keberanian. Para penari Cakalele, juga berpakaian merah, mengacung-acungkan parang dan salawaku.

Pada 194 tahun lalu, tempat para pemuda berkumpul, di lapangan upacara Hari Pattimura di Pattimura Park, Thomas Matulessy digantung oleh Belanda. Upacara dihadiri 17 walikota se-Indonesia Timur, para prajurit dan perwira TNI AD, TNI AL dan TNI AU serta Polri. Saya pun berada di upacara itu bersama 41 peserta dan juri Dell Ambonesia Photo Competition 2011 untuk mengabadikan prosesi obor Pattimura sebagai acara penting di Maluku.

Semangat para pemuda yang berapi-api seirama dengan kobaran api obor. Doa upacara dipanjatkan secara 2 agama: Islam dan Kristen. Patriotisme Pattimura dibalut dalam kedamaian, yang kontras dengan konflik horisontal di Ambon dan sebagian Maluku selama 1999-2006.

Sebanyak 240 pemuda dari 8 desa mengarak secara estafet obor Pattimura dari Saparua hingga Pattimura Park di Ambon, Minggu (15/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Sebanyak 240 pemuda dari 8 desa mengarak secara estafet obor Pattimura dari Saparua hingga Pattimura Park di Ambon, Minggu (15/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Hujan mengguyur Ambon sejak sehari sebelum upacara, dan berhenti seketika beberapa saat sebelum arak-arakan obor Pattimura masuk Pattimura Park. Seorang kawan asli Ambon berujar, “Setiap tahun selalu begini. Hujan terus menerus sebelum upacara, tapi berhenti waktu obor masuk tempat upacara.”

Pada November 1817, Thomas Matulessy dan pengikut-pengikutnya ditangkap tentara Belanda. Pemimpin perjuangan rakyat Maluku mengakhiri hidupnya digantung pemerintah kolonial Belanda di lapangan di belakang Benteng Victoria, yang sekarang menjadi Pattimura Park. Jenazahnya dipamerkan dalam kurungan besi di tempat publik.

Keberanian Kapitan Pattimura tak surut saat menuju tiang gantungan. Pesan terakhir Thomas Matulessy sebelum tali gantungan menutup usianya, “Beta akan mati. Tetapi nanti akan bangkit Pattimura-Pattimura muda yang akan meneruskan beta punya perjuangan…”

Heroisme upacara Hari Pattimura 2011 berlangsung damai di Ambon, Minggu (15/5). Foto oleh Kristupa Saragih

Heroisme upacara Hari Pattimura 2011 berlangsung damai di Ambon, Minggu (15/5). Foto oleh Kristupa Saragih


Menikmati Pantai Hukurila, Ambon, Maluku

Anak-anak Pantai Hukurila - Foto oleh Kristupa Saragih
Anak-anak Pantai Hukurila - Foto oleh Kristupa Saragih

Anak-anak Pantai Hukurila - Foto oleh Kristupa Saragih

Hukurila, di Ambon, Maluku selama ini dikenal keindahan bawah airnya. Masukkan kata kunci Hukurila di mesin pencari dunia maya maka halaman pertama hasil pencarian akan penuh oleh keterangan bawah air Hukurila. Tapi daratan Hukurila ternyata menyimpan banyak hal yang bisa dinikmati.

Pantai Hukurila berada di sisi selatan Pulau Ambon yang menghadap ke timur. Secara administratif, Pantai Hukurila berada di Kecamatan Leitimur Selatan, yang masih termasuk Kota Ambon. Pantai ini menghadap langsung ke Laut Banda. Kesan pertama ketika tiba di pantai ini, penduduk ramah dan pemandangan indah.

Karena menghadap ke timur, secara fotografis pantai ini cocok untuk menanti matahari terbit. Ketika berkunjung ke Pantai Hukurila pada hari Minggu (8/4), saat petang setelah jam 14 pantai ini sudah mulai diselimuti bayangan. Terhampar pantai berdasar batugamping warna putih yang disaput pasir hitam.

Sepertinya ada gunung api tua yang sudah mati, tapi masih menyisakan endapan material vulkanik dalam bentuk pasir hitam. Air tawar mengalir segar di sungai kecil yang bening dan dangkal. Anak-anak setempat berlarian sembari berteriak-teriak girang menyambut ombak yang berdebur-debur.

Pantai Hukurila tak seperti Pantai Liang yang padat pengunjung di akhir pekan. Pantai ini pun tak seterkenal Pantai Natsepa dengan rujaknya itu. Pantai Hukurila hanya berhiaskan nyiur melambai dan beberapa rumah penduduk yang bersuasana hening. Tak ada pedagang, tak ada pula pondok-pondok tempat berteduh. Bahkan Pantai Lawena yang belakangan mulai ramai saja punya beberapa pondok sekedarnya untuk para pengunjung.

Di kedalaman lebih dari 20 meter di bawah permukaan laut, ada Hukurila Cave yang jadi tempat favorit para penyelam yang berkunjung ke Ambon. Di atas permukaan air, Pantai Hukurila punya pemandangan yang layak difavoritkan pula. Tapi biarlah keheningan di bawah maupun di atas permukaan air Pantai Hukurila tetap terjaga.

Kelak jika Pantai Hukurila semakin terkenal, kiranya penduduk dan otoritas setempat tetap menjaga keaslian suasana dan keheningan nan alami.


Rayuan Pantai Lawena, Ambon, Maluku

Rayuan Pantai Lawena - Foto oleh Kristupa Saragih
Rayuan Pantai Lawena - Foto oleh Kristupa Saragih

Rayuan Pantai Lawena - Foto oleh Kristupa Saragih

Pulau Ambon, Maluku menyimpan banyak pantai indah. Sekitar setengah jam perjalanan arah timur pusat kota Ambon, terhampar Pantai Lawena. Dahulu pernah populer, tapi konflik horisontal tahun 1999 membuat pantai ini tak dikunjungi.

Berada di sisi selatan Teluk Baguala, Pantai Lawena berseberangan dengan Pantai Natsepa yang kondang dengan rujaknya itu. Lantaran lama sepi akibat konflik 1999, Pantai Lawena hampir tak dikenal di kalangan remaja dan kalah kondang dibanding Pantai Liang di Hunimua. Konon Pantai Lawena baru dibuka satu dua tahun belakangan, dan tak banyak yang tahu.

Ketika mengunjungi Pantai Lawena hari Minggu (8/4) lalu, tak sampai lima puluh pengunjung bersantai di pantai indah nan luas ini. Hal yang kontras kalau dibandingkan dengan keramaian di Pantai Liang dan kepadatan pengunjung Pantai Natsepa. Konon pula, Pantai Lawena berada di tanah milik pribadi, bukan pemerintah setempat.

Maklum saja jika jalan akses ke Pantai Lawena masih seadanya. Infrastruktur pun masih belum layak terima pengunjung. Baru ada beberapa pondok tempat berteduh, tanpa sarana peturasan yang memadai dan fasilitas keamanan bagi pengunjung yang berenang.

Secara fotografis, Pantai Lawena menghadap ke timur sehingga cocok untuk menangkap matahari terbit. Tapi, ketika berkunjung ke sana saat sore pun pesona pantai ini masih memancar. Setelah jam 4 sore, matahari sudah sembunyi di balik bukit kecil sehingga sebagian besar pantai sudah berada di daerah “shadow”.

Jika kelak Pantai Lawena siap menerima pengunjung, itu berarti ada tambahan tempat tujuan wisata pantai di Pulau Ambon. Akan bijaksana jika eksploitasi tempat ini untuk pariwisata tetap mempertahankan kelestarian alam dan bermanfaat positif bagi kehidupan sosial penduduk setempat.


Ambon to Host Two Photography Events This May

Ambon, the capital of Maluku Province, Indonesia is to host 2 big photography events on May 2011. Maluku Underwater Photo Competition (MUPC) 2011 is going to be held on May 5-7, mainly sponsored by Garuda Indonesia. On the following week, there will be Dell Ambonesia Photography Competition, May 14-17.

MUPC 2011

MUPC 2011

Garuda Indonesia as Indonesia’s flagship airline has a great concern on Maluku, as they open 1 daily flight which serves Jakarta and Ambon, the capital of the province. Maluku’s underwater world is well-known to divers as underwater paradise in The Spice Islands. MUPC 2011 provides a total prizes of IDR 35 million for 3 winners. The prizes also include Jakarta-Singapore vv and Jakarta-Amsterdam vv flight ticket.

Admission fee for MUPC 2011 is IDR 4,750,000 which includes return flight ticket Jakarta-Ambon, 4D/3N accommodation in twin-sharing basis, shuttle service hotel to dive sites, boat, divemasters, tanks and lunch. Participants are obligated to show a valid diving license, with Advanced Open Water license as minimum grade. Participants presence in technical meeting on May 5, 2011 in Ambon is also mandatory.

On land, there will also be a must-attend Ambonesia Photography Competition (APC) 2011, sponsored by Dell. The itinerary includes various interesting photography sites and subjects. There are Natsepa Beach, Liang Beach, Pintu Kota and Cape Latuhalat which are must-visit beaches in the island. Participants will also attend the annual Pattimura Festival, Bambu Gila (crazy bamboo) attraction, and to visit clove-ship building yard.

Admission fee for APC 2011 is IDR 3,990,000 which includes return flight ticket Jakarta-Ambon, accommodation in twin-sharing basis, local transport and meals. Admission to local attractions is also included. There are 2 categories: DSLR and pocket camera. Total prize for both categories is IDR 65 million.

APC 2011

APC 2011

Please visit official websites of the respective organizers for more information. In Twitter, follow @mupc_diving for MUPC 2011 and follow @wondersofmaluku for APC 2011.

I will attend both events as jury.

Find additional info and discussion of both events in Fotografer.net:

Maluku Underwater Photo Competition 2011 in Fotografer.net

Dell Ambonesia Photography Competition 2011 in Fotografer.net


Pesona Pantai Liang, Ambon, Maluku

Menaungi Pantai Liang, Ambon, Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih
Menaungi Pantai Liang, Ambon, Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

Menaungi Pantai Liang, Ambon, Maluku. Foto oleh Kristupa Saragih

Pada suatu hari yang cerah, siang tak terasa panas. Sinar matahari menembus air laut nan bening hingga ke dasar yang dangkal. Pasir terlihat hangat dicium air laut berwarna hijau kebiruan. Demikian suatu hari yang sempurna di Pantai Liang, Ambon, Maluku.

Pantai yang berjarak sekitar 40 km dari kota Ambon, atau sekitar 30 menit bermobil ini, musti masuk daftar kunjung pelancong di Ambon. Konon badan PBB yang mengurusi pembangunan UNDP alias United Nations Development Programme, pada tahun 1990, melabeli Pantai Liang sebagai pantai terindah di Indonesia. Suatu label yang layak untuk pantai yang juga berjuluk Pantai Hunimua ini.

Berada di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, perjalanan ke Pantai Liang ditempuh setelah melewati Pantai Natsepa terlebih dahulu. Jika hendak menikmati keheningan, kunjungi Pantai Liang di hari biasa, bukan akhir pekan dan hari libur. Niscaya angin sepoi-sepoi menyapa lembut diiringi nyiur yang melambai-lambai, mengiringi langkah kaki di butir-butir halus pasir Pantai Liang.


Keindahan Pantai Natsepa, Ambon, Maluku

Generasi Bahari. Pemandangan Pantai Natsepa, Ambon, Maluku - Foto oleh Kristupa Saragih
Generasi Bahari. Pemandangan Pantai Natsepa, Ambon, Maluku - Foto oleh Kristupa Saragih

Generasi Bahari. Pemandangan Pantai Natsepa, Ambon, Maluku - Foto oleh Kristupa Saragih

Bersih dan tenang, berair jernih dan dangkal, demikian Pantai Natsepa terlihat indah. Tak jauh dari pusat kota Ambon, ibukota Provinsi Maluku, dan bisa ditempuh sekitar 20 menit berkendaraan mobil.

Penjual rujak berderet sepanjang pantai. Rujak Natsepa memang terkenal, dan konon belum berkunjung ke Pantai Natsepa jika belum mencicipi rujaknya. Tak mahal, dan begitu dipesan langsung dibuatkan dari buah-buahan segar.

Tapi di hamparan pasir putih dan air laut jernih nan tenang, hanya mood baik yang terbawa. Sepanjang hari pantai berhiaskan perahu-perahu warna-warni bercadik. Anak-anak nelayan berlarian ke sana kemari.

Seterik apapun matahari bersinar di atas Pantai Natsepa, keteduhan masih terasa di pepohonan rindang sepanjang pantai. Di saat pagi, Natsepa bisa jadi lebih menarik lantaran Teluk Ambon menghadap timur. Semoga kealamian nan indah di Pantai Natsepa senantiasa terjaga.